Saturday, October 4, 2014

Wisata Desa Sade Yang Unik Nan Asri

Dusun Sade, satu diantaranya dusun tradisional yang masih asli. Dusun Sade tepatnya ada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Pulau Lombok Tengah. Rumah-rumah penduduk dibangun dari konstruksi bambu serta atap dari daun alang-alang. Penghuninya berpencaharian ialah petani. Jumlah mereka relatif tak bertambah sebab keluarga yang terbaru menikah apabila bukan mewarisi rumah orang tuanya bakal membangun rumah di tempat lain. Disamping arsitektur rumah, sistem sosial dengan kehidupan keseharian merekapun masih sangat kental serta tradisi rakyat Sasak tempo dulu.

Rumah Tradisional Dusun Sade dapat mewakili demi disebut ialah Desa Berwisata pada NTB ,layaknya Desa Bertamasya dalam daerah lain. Dikarenakan, rakyat yang tinggal di dusun tersebut seluruhnya sebagai Suku Sasak. Mereka sampai sekarang selalu menentukan teguh adat istiadat kebiasaan. Bahkan, rumah kebiasaan khas Sasak serta tetap terlihat berdiri kokoh dan terawat di kawasan ini.

Suku Sasak adalah penduduk asli juga mayoritas pada Pulau Lombok, NTB. Konon, kebudayaan seluruh kalangan terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Pada kitab tersebut, Suku Sasak disebut “Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi”.

Sementara kebudayaan Suku Sasak itu diantaranya terekam di rumah kebiasaan Suku Sasak. Alasannya, rumah memperoleh posisi menentukan di kehidupan manusia, tidak hanya yaitu tempat mengakses perseorangan dan keluarga membuka jasmani, namun serta pada pemenuhan kebutuhan jiwa atau spiritual.

Rumah kebiasaan Suku Sasak, seumpama dilihat dibuat berawal dari nilai estetika dengan kearifan lokal. Orang sasak mengenai beberapa jenis bangunan kebiasaan yang jadi tempat tinggal dengan dengan tempat ritual adat istiadat juga ritual keagamaan. Rumah adat suku Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantai dari tanah liat yang dicampur kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau menciptakan lantai tanah mengeras, sekeras semen. Cara mencetak lantai seperti itu telah diwarisi sejak nenek moyang merekapun. Bahan bangunan seperti kayu serta bambu didapatkan dari lingkungan selingkungan. Untuk menyambung bagian-bagian kayu, merekapun memakai paku dari bambu. Rumah suku Sasak sekedar memiliki seorang pintu berukuran sempit dan rendah, tidak mempunyai jendela.

Pada masyarakat Sasak, rumah memperoleh dimensi kesakralan dan keduniawian. Rumah kebiasaan Sasak selain merupakan lokasi berlindung serta berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi lokasi ritual sakral ialah manifestasi keyakinan buat Tuhan, arwah nenek moyang, penunggu rumah dan sebagainya.

Kemajuan pengetahuan, bertambahnya jumlah penghuni dan berubahnya faktor eksternal semacam faktor keamanan, geografis dan topografis, menyebabkan perubahan kepada fungsi juga bentuk fisik rumah adat. Cuma, konsep pembangunannya semacam arsitektur, tata ruang serta polanya tetap mengadakan karakteristik tradisional.

Dikarenakan tersebut, untuk menjaga kelestarian rumah adat istiadat, orang tua Suku Sasak biasanya berpesan buat anak-anaknya seandainya hendak membangun rumah. Bahwa selalu berhasrat tinggal didaerah setempat, maka mesti membuat rumah mirip model dengan bahan bangunan yang sudah ada. Tetapi, jika mau membangun rumah permanen seperti di kampung-kampung lain pada umumnya, merekapun dipersilahkan pergi dari kampung ini.

PEMBANGUNAN RUMAH Hukum adat SADE

Bahan pembuat rumah hukum adat suku Sasak diantaranya kayu penyanggga, bambu, bedek untuk dinding, jerami dengan alang-alang demi atap, kotoran kerbau atau kuda ialah bahan campuran pengeras lantai, getah pohon kayu banten juga bajur, debu jerami merupakan bahan pengeras lantai.

Momen pembangunan, biasanya berpatokan pada pada papan warige dari primbon tapel adam serta tajul muluk. Tak semua lapisan didunia berhasil penting hari maksimal. Biasanya merekapun bertanya kepada pimpinan tradisi.

Orang Sasak meyakini kala baik memulai membangun rumah sebagai bulan ketiga juga keduabelas penanggalan Sasak yakni Rabiul Semula dan Dzulhijjah. Pantangan yang dihindari untuk membangun rumah merupakan di Muharram serta Ramadhan. Menurut kepercayaan, rumah yang dibangung pada bulan ini cenderung mengundang malapetaka, semacam penyakit, kebakaran, tidak mudah rezeki dan lain-lain.

Orang Sasak selektif dalam krusial lokasi pembangunan rumah. dikarenakan merekapun meyakini tempat yang tak tepat akan berakibat kurang maksimal, seperti i bekas perapian, eks pembuangan sampah, eks sumur, posisi tusuk sate (susur gubug).

Orang Sasak tak bakal membangun rumah berlawanan arah serta ukurannya berbeda dengan rumah yang makin dulu ada. Buat mereka, melanggar konsep tersebut adalah perbuatan bertarung tabu (maliq lenget).

Rumah hukum adat Sasak pada atapnya berbentuk gunungan, menukik ke bawah serta jarak sekitar satu,5-2 meter dari permukaan tanah (pondasi). Atap dengan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dinding dari bedek, hanya menggapai satu ukuran sampingan dengan tak ada bursa.

Ruangannya (rong) dibagi jadi inak bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale di berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.

Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur serta sempare (lokasi menyimpan makanan serta peralatan rumah tangga selanjutnya) terbuat dari bambu ukuran 2X2 meter persegi atau empat persegi panjang. Sempare diletakkan diatas, posisi menggantung di langit-langit atap.

Berada sesangkok (ruang tamu) dengan pintu masuk dengan sistem sorong (geser). Raksasa Inggris bale luar serta bale dalem berada pintu serta tangga (tiga anak tangga) serta lantainya berupa campuran tanah serta kotoran kerbau/kuda, getah juga debu jerami.

Pada membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan keperluan keluarga ataupun kelompoknya. Pembangunan tidak semata-mata demi memenuhi keperluan keluarga tetapi juga kebutuhan kumpulan.

Bangunan rumah pada komplek perumahan Sasak terdiri dari segala macam diantaranya Bale Tani, Bale Jajar, Barugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonder, Bale Beleq Bencingah juga Bale Tajuk. Nama bangunan disesuaikan serta fungsi masing-masing.

Bale Tani merupakan bangunan rumah untuk lokasi tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi adalah petani.

Bale Jajar adalah bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah keatas. Bentuk bale jajar hampir sejenis dengan bale tani, yang membedakan sebagai jumlah dalem balenya.
Berugaq/sekepat berbentuk segi 4 sama rata bagian (bujur sangkar) tanpa dinding, penyangganya dari kayu, bambu juga alang-alang yaitu atapnya. Berugaq biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani.
Berugaq bermanfaat lokasi memperoleh tamu, dikarenakan untuk adat orang Sasak, bukan semua lapisan didunia boleh masuk rumah. Berugaq begitu juga dipakai pemilik rumah yang mempunyai gadis demi memperoleh pemuda yang berasal midang (melamar/pacaran).
Sementara sekenam bentuknya sama rata serta berugaq, hanya sekenam menggapai tiang sebanyak enam buah serta ada di sesi belakang rumah. Sekenam biasanya dipakai merupakan lokasi aktifitas belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan yaitu tempat pertandingan internal keluarga.
Bale Bonder merupakan bangunan tradisional Sasak yang sekarang dimiliki semua pejabar desa, dusun/kampung. Bale bonder biasanya dibangun di tengah pemukiman atau dalam pusat pemerintahan desa/kampung. Bale bonder digunakan merupakan tempat pesangkepan/persidangan bertemu, seperti lokasi penyelesaian masalah pelanggaran adat istiadat juga sebagainya.
Bale Beleq yaitu seorang sarana penentuan buat hal kerajaan. Bale itu diperuntukkan adalah lokasi kegiatan besar kerajaan pada akhirnya sering disebut juga “bencingah”.
Upacara kerajaan yang berhadapan dalam bale beleq merupakan Pelantikan pejabat kerajaan, penobatan putra mahkota kerajaan, pengukuhan/penobatan seluruh Kiai Penghulu (pendita) kerajaan, tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan mirip persenjataan juga benda pusaka selanjutnya mirip pustaka/dokumen kerajaan dengan sebagainya.
Bale Tajuk yaitu salah satu sarana pendukung kepada bangunan rumah tinggal yang memperoleh keluarga besar. Bale Tajuk berbentuk segilima dengan tiang berjumlah 5 buah dengan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga santana.
Bale Gunung Rate biasanya dibangun menurut masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, bale balaq dibangun dan prioritas menghindari bencana banjir. Tetapi sebab itu, biasanya berbentuk rumah panggung.
Selain bangunan tersebut, ada bangunan pendukung yakni Sambi, Alang serta Lumbung. Sambi, lokasi menyimpan hasil pertanian. Alang sama rata dengan lumbung berharga demi menyimpan hasil pertanian, cuma alang bentuknya khas, beratapkan alang-alang juga lengkungan 3/4 lingkaran namun lonjong dan ujungnya tajam menuju kontra. Lumbung, lokasi demi menyimpan berbagai kebutuhan. Lumbung tidak sebanding dengan sambi juga alang sebab lumbung biasanya diletakkan di di rumah/kamar atau pada lokasi khusus diluar bangunan rumah.
NILAI NILAI BUDAYA Dalam RUMAH Kebiasaan SADE

Jika dimengerti, pembangunan rumah adat istiadat Suku Sasak sesungguhnya mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan tersebut berkembang serta berlanjut mengakses turun-temurun. Atap rumah tradisional Sasak didesain selalu rendah dengan bursa berukuran sampingan, bertujuan supaya tamu yang berasal diwajibkan merunduk. Sikap merunduk sebagai sikap saling hormat menghormati dengan saling menghargai diantara tamu dan tuan rumah.

Arah dengan ukuran yang sama rata rumah adar Suku Sasak menunjukkan bahwa publik hidup harmonis. Sementara undak-undakan (tangga) tingkat tiga mempunyai pesan jika level ketakwaan ilmu pengetahuan serta kekayaan tiap manusia tidak bakal sejenis. Diharapkan para manusia mengetahui kekurangan dengan kelebihan yang dimiliki, kareba semuanya ialah rahmat Tuhan.

Menjadi, rumah adalah ekspresi pendapat wajib nyata satu individu atau kelompok pada mengejwantahkan hubungan juga sesama manusia (komunitas atau publik ), alam juga dengan Tuhan (keyakinan), mirip halnya konsep yang berada dalam pembangunan rumah tradisi publik Sasak.

No comments:

Post a Comment